HUKUM & HIKMAH PUASA 6 HARI DI BULAN SYAWAL

Streamed live on YouTube 27 May 2020  

Oleh : Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri  

 

Dalam Surat Al-Insyiroh ada sebuah pesan dari Allah SWT, ada sebuah konsep hidup, ada sebuah pola. Allah SWT berfirman : “Dan apabila engkau telah selesai mengerjakan sebuah amalan, sebuah aktivitas positif, sebuah ibadah, maka segera menuju amalan berikutnya, segera menuju ibadah berikutnya, segera menuju aktivitas positif berikutnya. Dan hanya kepada Allahlah kita harus berharap.”

Setelah kita menyelesaikan seluruh ibadah khususnya di bulan Ramadhan, maka beralihlah ke amalan berikutnya. Dan salah satu amalan yang telah menanti kita, bagi yang belum mengerjakan sampai hari ini, atau yang sudah bersamaan di tengah-tengah kita, atau bagi yang sudah dulu start tapi masih butuh ilmu tetang amalan ibadah ini adalah “puasa 6 hari di bulan Syawal”. Sebuah amalan yang sangat unik, sangat menarik, dan sangat luar biasa. Amalan ini lahir dari sabda Nabi kita Muhammad SAW. Dari hadist yang semakin popular dari tahun ke tahun.

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu ia lanjutkan berpuasa 6 hari di bulan Syawal, maka ia mendapatkan pahala puasa seperti pahala puasa satu tahun penuh.”

Tak heran kalau puasa 6 hari di bulan Syawal ini disunahkan dan dianjurkan dan dikerjakan oleh mayoritas para ulama mulai dari Abdullah bin Abbas, Thowus, Asy-Sya’di, Maimun bin Imron, anjuran Abdullah bin Mubarak, Al imam-As-Syafi’I, ImamAhmad, Imam Ishaq, dan banyak para ulama lainnya. Ini adalah pandangan dan mashab Al Imam As-Syafi’i. Dan hadist ini memberikan sebuah misi kepada kita, mari kita tuntaskan puasa 6 hari di bulan Syawal sehingga kita mendapatkan pahala puasa satu tahun penuh.

Amalan ini terlalu menarik, maka mari kita sejenak bersama keterangan-keterangan para ulama tentang amalan yang satu ini. Karena banyak orang ketika tahu hadist ini masih meremehkan, kalau itu hanya sunnah saja.

1.       Hukum puasa 6 hari di bulan Syawal

Kita mulai dari hukum dari amalan ini, yaitu hukumnya sunnah. Puasa 6 hari di bulan Syawal adalah salah satu puasa sunnah yang dianjurkan Nabi kita Muhammad SAW disamping As-Syuro atau Arofah yang sangat luar biasa. Atau puasa rutin seperti puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, itu yang paling terbaik dengan sisi intensitasnya adalah puasa Nabi Daud, dan puasa-puasa sunnah lainnya.

2.      Memang betul puasa ini puasa sunnah, tapi yang membedakan dengan puasa-puasa yang lain, bahwa amalan ini jika digabungkan dengan puasa Ramdhan kita, akan menghasilkan pahala puasa 1 tahun penuh

Luar biasa bukan, pahala puasa 1 tahun penuh. 

Nabi SAW bersabda dalam Hadist Bukhori & Muslim : “Barang siapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah niscaya Allah akan jauhkan wajahnya dari api neraka sejauh 70 tahun perjalanan.”

Lalu bagaimana dengan 1 tahun penuh? Tidak terbayang pahalanya. Tapi ada yang mengatakan 1 tahun biasa saja karena kalau puasa Ayyamul Bidh atau 3 hari setiap bulan setiap tanggal 13, 14, 15 bulan Hijriyah kita juga mendapatkan pahala 1 tahun penuh, kalau kita rutin mengerjakan puasa itu setiap bulan. Lalu apa spesialnya puasa 6 hari di bulan Syawal ini?

Ada sebuah fakta menarik dalam buku-buku fiqih para ulama, khususnya keterangan para ulama Syafi’iyah & Hanabillah. Mereka mengatakan bahwa keunikan puasa 6 hari di bulan Syawal adalah hukumnya puasa sunnah namun pahala puasanya pahala puasa wajib. Makanya digabungkan dengan pahala puasa Ramadhan yang kita tahu bersama puasa Ramadhan hukumnya wajib & pahala puasa wajib lebih tinggi daripada pahala puasa sunnah.

Allah berfirman dalam sebuah hadist qudsi : “Dan tidak ada amalan yang dikerjakan oleh hambaku dalam rangka mendekatkan dirinya kepadaku yang lebih aku cintai dibanding amalan yang aku wajibkan kepada dirinya.”

Contoh : pahala sholat subuh lebih tinggi dari pahala qobliyah subuh.

Jadi, 6 hari saja puasa di bulan Syawal tapi kita akan mendapatkan pahala 1 tahun penuh berpuasa wajib jika kita kerjakan 6 hari itu bersama puasa bulan Ramadhan. Itu sangat amat menarik. Kenapa? Karena 1 kebaikan itu dikali 10 (dalam Hadist). Puasa Ramadhan itu dikali 10 berarti 300 hari, kurang lebih 10 bulan. 6 hari di bulan Syawal dikali 10 = 60 hari. Jadi totalnya 360 hari atau 1 tahun. Dan 1 tahun itu nilainya pahala puasa wajib. Allahu Akbar.

3.       Puasa 6 hari di bulan Syawal & puasa Sya’ban (sebelum Ramadhan Nabi SAW memperbanyak puasa di bulan ini) kata para ulama seperti sholat rowatib yang mengiringi sholat wajib.

Jadi Sya’ban itu seperti sholat qobliyah & 6 hari di bulan Syawal itu seperti sholat ba’dliyah. Jadi seperti puasa sunnah yang mendampingi puasa wajib.

Dan fungsi sholat rowatib adalah untuk menyempurnakan pahala & kualitas sholat wajib kita dari kekurangan & kekeliruan yang menyebabkan kekurangan pahala/ketidaksempurnaan pahala. Sama seperti puasa Ramadhan selama 30 hari, tidak semua sempurna, banyak kekurangan & kekhilafan kita. Untuk memperbaiki, menutup luang-lubang/celah-celah, seperti mungkin diantara kita ada yang tidak maksimal di hari ke sekian, atau ada yang berantem besar rumah tangganya di hari yang ke berapa misal, dan sebagainya. Tidak membatalkan, tapi jelas mengurangi pahala. Nah, sempurnakan dengan puasa 6 hari di bulan Syawal agar bisa menutupi kekurangan di bulan Ramadhan.

Kesimpulannya poin ini : barangsiapa yang merasa puasa Ramadhannya masih banyak kekurangan, belum maksimal, apalagi 10 hari terakhir habis-habisan di malam-malamnya, siangnya berat, tidur, bangun, dhuhur tidur lagi. Padahal Imam Syafi’I mengatakan “Aku senang kalau siangnya seperti malamnya.” Tapi siapa yang bisa seperti itu. Ada mungkin, tapi kita yang banyak kekurangan apa iya bisa seperti itu? Nah, sempurnakan dengan 6 hari di bulan Syawal.

4.       Ulama mengatakan berpuasa 6 hari di bulan Syawal ini bukan sekedar puasa 6 hari, namun ini adalah sebuah perjuangan sekaligus indicator puasa Ramadhan kita diterima oleh Allah SWT.

Kenapa demikian? Tidak ada yang tahu, tidak ada yang bisa memastikan amalannya diterima oleh Allah SWT, tetapi ada ciri, ada indikasi, ada kaedah untuk mengarah ke sana, dan diantara kaedahnya adalah “salah satu cara Allah mengganjar sebuah kebaikan adalah kebaikan berikutnya.” Dan sebaliknya hukuman dari sebuah keburukan adalah keburukan berikutnya. Ini adalah tafsir Abdulloh bin Abbas dalam surat Al-Lail ketika Allah mengatakan “ Barang siapa memberi & bertaqwa dan mempercayai & menimani surga maka kami akan mudahkan dia untuk kebaikan.”

Jadi kalau puasa Ramadhan kita dinilai kebaikan oleh Allah dan Allah terima, maka Allah akan mudahkan kita untuk melakukan kebaikan di bulan Syawal. Jadi kalau Allah terima puasa kita di Ramadhan, maka salah satu indikatornya, salah satu cirinya Allah mudahkan kita berpuasa di bulan Syawal. Apalagi kalau dapat lailatul qodr tidak mungkin low bat. Harus semangat karena ini bukan tentang sebatas 6 hari puasa sunnah, tapi ini indikator bagaimana status puasa Ramadhan kita. Ini bukan sebatas puasa 6 hari yang hukumnya sunnah tapi ini ciri orang-orang yang puasanya diterima oleh Allah SWT di Ramadhan. Maka jangan pernah remehkan 6 hari di bulan Syawal.

5.       Kata para ulama kita, bahwa puasa 6 hari di bulan Syawal adalah salah satu bukti rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberikan kita banyak kenikmatan di Ramadhan, yang telah memberikan kita taufiq sehingga kita bisa puasa di Ramadhan, yang telah memberikan kita kemudahan sehingga kita bisa tarawih di Ramadhan, bisa menghatamkan Al-Qur’an di Ramadhan, yang mengampuni dosa-dosa kita di Ramadhan. Kalau kita optimis dosa-dosa kita diampuni, mana rasa syukur kita kepada Allah? Karena kita tidak boleh buruk sangka kepada Allah, itu sifat-sifat orang munafik. Kita harus optimis. Betul diantara harap & cemas tapi optimis harus ada. Betul kita tidak bisa memastikan tapi optimis harus ada. Kata Nabi SAW : “Aku itu suka dengan optimisme.” Ketika kita optimis dengan segala kenikmatan Allah di Ramadhan, maka pertanyaan berikutnya mana rasa syukur kita kepada Allah? Salah satu cara bersyukur adalah beribadah disamping mengucapkan “Alhamdulillaah”, disamping benar-benar merasakan di dalam hati kita, tapi harus kita tuangkan dalam ibadah. Perlu kita lakukan ibadah dan diantara ibadah yang kita lakukan di bulan Syawal sebagai cara kita bersyukur kepada Allah SWT disamping kita menjaga sholat wajib kita, sholat 5 waktu kita, tetap baca Al-Qur’an, adalah puasa 6 hari. Dan itulah cara Nabi SAW bersyukur. Dalam hadist Bukhori & Muslim, Nabi SAW pernah terlihat mengerjakan sholat malam sampai kaki beliau bengkak. Lalu ditanya “mengapa engkau masih beribadah sehebat itu, seluar biasa itu, bukanlkah Allah telah mengampuni kalaupun engkau ada khilaf di masa lalu dan masa yang akan datang?” Kata Nabi SAW : “Tidakkah aku seharusnya menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah? Bukankah selayaknya aku bersyukur kepada Allah kalau memang aku diampuni oleh Allah SWT? Tidaklah layak aku menjadi hamba yang bersyukur?”

6.       Bahwa puasa 6 hari di bulan Syawal adalah sebuah statement nyata dari kita bahwa kita tidak akan memutuskan sebuah ibadah hanya karena berlalunya sebuah waktu/bulan/dimensi waktu seperti Ramadhan. Sebaik apapun bulan itu kita akan terus berusaha beribadah kepada Allah SWT. Kita berusaha untuk tidak berhenti. Dan itulah yang paling disukai oleh Nabi SAW. Dan tentu saja paling disukai oleh Allah SWT. Kata Nabi SAW “Amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT yang paling kontinyu walaupun sedikit.” Ini adalah sebuah statement dan prinsip bahwa ibadah itu harus istiqomah, bukan hanya di Ramadhan. Puasa 6 hari di bulan Syawal adalah sebuah bukti bahwa yang kita ibadahi adalah Rabb yang menguasai seluruh bulan. Kalau kita semangat beribadah di Ramadhan masak kita berhenti beribadah di bulan Syawal? Betul tidak mungkin bisa menyamai performa kita di Ramadhan apalagi 10 hari terakhir, Nabi saja berbeda. Kata Ibnu Abbas “Beliau adalah orang yang paling dermawan dan puncak kedermawanan Nabi SAW di Ramadhan.” Tapi Nabi tetap dermawan. Keterangan ‘Aisyah “Beliau bersungguh-sungguh beribadah di 10 malam terakhir yang tidak terlihat atau dengan kesungguhan yang tidak terlihat di waktu yang lain.” Perbedaan performa wajar, tapi bukan berarti hilang. Ada orang yang hanya semangat ibadah di Ramadhan. Dan hanya beribadah kepada Allah hanya di ramadhan. Kata sebagian ulama “Seburuk-buruk kaum adalah kaum yang tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya kecuali di bulan Ramadhan.” Yang tidak mengenal Allah kecuali di Ramadhan. Hanya semangat ibadah di Ramadhan yang lain lupa sama Allah seakan-akan Allah hanya ada di Ramadhan. Dan itu bukan dengan ucapan mereka tetapi dengan sikap mereka yang hanya semangat ibadah di Ramadhan. Amal sholeh itu yang dikerjakan dan diibadahi dan disungguh-sungguhi harusnya di 1 tahun penuh. Benar pasti ada grafik/kurva yang turun naik, tapi bukan berarti langsung terjun bebas apalagi tidak ibadah sama sekali. Itu seburuk-buruk kaum.

Makanya Allah memerintahkan kita beribadah garis finishnya bukan 1 Syawal, itu bukan akhir dari kisah-kisah heroic di bulan Ramadhan, karena garis finishnya adalah kematian.

“ Dan beribadahlah kepada Rabb-mu sampai datang kepadamu kematian.” (Surat Al-Hijr : 99)

 

Lalu kapan mengerjakannya ?

1. Di semua hari di bulan Syawal bisa. Bisa di awal, di pertengahan atau di akhir. Kita punya 1 bulan dan hanya diminta 6 hari.

2. Sebagian ulama menyukai kalau dikerjakan langsung, mulai tanggal 2 Syawal dan kalau bisa berurutan selama 6 hari. Tapi ada sebagian ulama yang mengatakan beri jeda karena suasana Ied itu suasana makan-makan dan minum-minum.

3. Upayakan membayar hutang puasa Ramadhan dulu baru puasa 6 hari di bulan Syawal. Karena itu jangan sampai kehilangan momentum. Usahakan dikerjakan di awal-awal bulan Syawal, maksimalkan di awal bulan Syawal sehingga bisa mendapatkan semua. Karena wajib lebih didahulukan dibanding yang sunnah. Karena punya hutang puasa sejatinya mempunyai hutang kepada Allah SWT. Dan hutang lebih dahulu dibayar sebelum yang sunnah-sunnah.


Selamat puasa dan selamat beribadah. Semangat.


Comments

  1. Seperti di ingatkan oleh Allah melalui tulisan ini... Jazakillah khayr sharingnya ukhtifillah 😘

    ReplyDelete
  2. Terima kasih sudah diingatkan, mba... Masya Allah, begitu besar keutamaan puasa Syawal. Semakin semangat menjaga ibadah sebagai rasa syukur kepada Allah 😊

    ReplyDelete
  3. Masyaallah...begitu banyak dan besar sekali keutamaan puasa di bulan syawal.
    Berhubung banyak qodo puasa di ramadhan. Jadi sekarang fokus bayar hutang dulu.

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, jazakillah ilmunya. Saya senang ada kalimat, puasa Syawal itu indikator Allah menerima puasa kita, karena belum semua orang terpanggil untuk melakukan kebaikna puasa sunnah ini setelah kebaikan puasa wajib kemarin.

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah dikasih versi tulisannya 😀😀
    Jazakillah khairan Mba

    ReplyDelete
  6. Msyaallah terima kasih remindernya ya mbaa..reminder bgt bagi saya :"

    ReplyDelete
  7. mbaaak, ngena baik remindernya, masyaa allah :"
    terimakasih sudah diingatkan lewat tulisan yang lengkap ini 💛

    ReplyDelete
  8. Nice resume mba, yuks semangat masih ada beberapa hari lgi bulan Syawal akan berakhir..

    ReplyDelete
  9. Masya Allah... Terimakasih sharingnya Mba 😊

    ReplyDelete
  10. nice sharing mbaa, jadi belajar lagi :) diingetin lagi

    ReplyDelete
  11. MasyaaAllah...makasih mba ilmunya...lengkap dan jelas

    ReplyDelete
  12. MasyaAllah, pahalanya yaa.. seperti puasa 1 tahun penuh ^^ mumpung masih syawal nih

    ReplyDelete
  13. Jazakillah khair sharingnya ❤️

    ReplyDelete
  14. Terima kasih sharing dan remindernya mbaa :)
    Cuma saran mungkin fontnya bisa diganti dengan yg lebih nyaman untuk dibaca lama-lama hehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tetap Cantik & Bugar di Bulan Puasa Ramadhan

Lebaran di Tengah Pandemi Covid-19

AWAS!! Buang Makanan Bikin Mamak Baper