SYARAT-SYARAT TAUBAT - Resume Kajian Serial Riyadhusshaalihin BAB 2 / TAUBAT Oleh Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri


Kali ini, nge-blog bareng Komunitas Blogger Bengkel Diri temanya adalah resume kajian. Nah, aku akan share kajian pagi ini dari Live Streaming YouTube Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri. 
Semoga bermanfaat.


Bab Taubat dalam kitab Al Imam Yahya bin Syarof, atau Al Imam An Nawawi Rahimahullahu ta'ala memasukkan pembahasan tentang taubat di nomor urut ke 2 dalam kitab beliau setelah beliau menjelaskan tentang Bab Keikhlasan. Maka bersyukurlah kita kepada Allah SWT kita bisa mempelajarinya, kita bisa taqarrub kepada Allah SWT dengan mempelajari bab taubat dan momentumnya pun tepat di bulan ramadhan. Semoga bab ini memberikan warna tersendiri di bulan ramadhan kali ini. Dan ini sebuah pesan bahwa untuk menjadi orang sholeh sebagaimana yang ditekankan oleh imam Nawawi Rahimahullah bahwa kitab ini adalah Kitab Riyadhusshaalihin, tamannya orang-orang sholeh. Maka kita harus bertaubat kepada Allah SWT, kita harus bertaqarrub kepada Allah SWT dengan bertaubat kepadaNya. Maka semoga Allah SWT memberikan taufik kepada kita untuk mempelajari bab taubat dan mengamalkan taubat itu sendiri di dalam kehidupan kita sehari-hari.

Apa itu taubat?
Taubat secara bahasa dari kata "taba", "yatubu" artinya jika seseorang itu kembali. 
Taubat secara bahasa/etimologi, artinya kembali.

Adapun secara istilah syariat, kata para ulama : kembali dari bermaksiat kepada Allah ke ketaatan kepada Allah SWT. Jadi kita kembali dari awalnya bermaksiat ke amal sholih dan ketaatan.

Taubat yang paling tinggi dijelaskan oleh para ulama adalah taubat dari kekufuran dan kesyirikan kepada keimanan. Kembali dari kekufuran menuju keimanan, kembali dari kesyirikan kepada keimanan dan katauhidan. 
Allah berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 38 : Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu; dan jika mereka kembali lagi, sungguh, berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu".
Lalu di level berikutnya : taubat dari dosa2 besar, misal zina, minum khamr, dan dosa-dosa lain.

Level ke 3 adalah bertaubat dari dosa-dosa kecil.

Taubat itu wajib, harus kita lakukan dari seluruh dosa. 
Al Imam Nawawi Rahimahullahu ta'ala menjelaskan kepada kita hukum taubat : hukumnya wajib.
Artinya, kalau kita tinggalkan maka kita terancam dosa. 
Jadi jangan remehkan, "iya iya nanti gue taubat." "Ehh taubat itu hukumnya wajib, bukan sunnah. Bukan optional." 
Banyak orang berfikir taubat itu optional, apalagi ketika kita masih muda "gua janji sama elu kalau gue mau taubat. Nanti kalau gue udah pensiun, kalau gue udah tua." 
Lho ini bukan tentang tua, bukan tentang pensiun, bukan tentang masa muda atau masa millenial atau masa tua. Taubat itu wajib. Ini yang perlu kita camkan, kita renungkan. Kalau kita tidak kerjakan maka kita akan berdosa. Jadi sudah dosa karena maksiatnya, lalu ditambah dosa lagi karena tidak bertaubat dari maksiat tersebut. Jadi bayangin kalau orang terus-terus melakukan dosa, melakukan kemaksiatan lalu dia nggak bertaubat berarti minimum dia dapat 2 dosa. Dosa maksiat dan dosa tidak bertaubat. 
Orang berzina dan dia fine-fine aja dia jalani kehidupannya seperti biasa, maka dia mendapat 2 dosa, dosa zina dan dosa dia tidak bertaubat. 
Orang minum-minum lalu dia ngeloyor begitu aja kayak gak ada beban, maka dia dapat 2 dosa, dosa minuman keras dan dosa tidak bertaubat. 
Taubat hukumnya wajib. Ini yang kadang-kadang dilupakan oleh orang.

Maka ini yang perlu kita camkan : taubat hukumnya wajib dari setiap dosa, tanpa terkecuali mau itu dosa besar atau dosa kecil apalagi kesyirikan. 
Jadi jangan mengatakan "eh lo taubat lo." "Itu kan cuma masalah sepele." ___ahh ini nggak tepat. 
"Mas, sebaiknya mas taubat." "Masak kesalahan kecil gini aja diributkan, masak kesalahan sepele ini aja diperbesar-besarkan." ___ini bukan memperbesar masalah kecil, ini kewajiban seorang muslim. 
Dan sekali lagi ingat, taubat adalah kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan, kembali dari kekufuran kepada iman, kembali dari dosa pada amal sholih. Ini yang perlu kita camkan bersama.

Dan apabila kemaksiatan itu antara seorang hamba dengan Allah dan tidak ada kaitannya dengan orang lain (haq manusia yang lain) maka syaratnya ada 3. Imam Nawawi mengatakan syaratnya ada 3.
Kemaksiatan itu seperti nggak sholat, tidak puasa ramadhan, bayangkan dari hari pertama dia tidak puasa sama sekali, tidak sholat. Hari ini sadar dia, "Ya Allah aku melakukan dosa besar, aku mau taubat." Apakah ketika dia mau taubat hari ini, terus dia sahur tadi, apakah otomatis taubatnya diterima? Dia tidak sholat sama sekali, tidak puasa lalu dia tahu, dia melakukan kesalahan, lalu dia puasa hari ini, apakah langsung diterima taubatnya itu? Dia tidak puasa, tidak sholat, tidak haji padahal dia mampu fisik, finansial, segalanya, tapi dia tidak pernah berangkat di tahun-tahun yg lalu. Lalu dia tahu, dia ingin berangkat, apakah cukup dengan itu?

Ternyata ada 3 syarat taubat apabila ini berkaitan antara hamba & Allah SWT. Sebagian para ulama menyatakan 5 syarat.
Imam Nawawi Rohimahullah ada 3 :

1. Kita tingggalkan maksiat tersebut/kita tinggalkan dosa tersebut.
Maksudnya simple : selama ini berzina tinggalkan zina, selama ini gak bayar zakat mulai bayar zakat, selama ini gak puasa mulai puasa, selama ini selingkuh tinggalkan selingkuh.

2. Menyesali perbuatan dosa tersebut.
Tidak cukup hanya meninggalkan tapi harus ada penyesalan, dan ini inti dari taubat kata para ulama. 
Karena Nabi SAW bersabda : "Penyesalan adalah inti dari taubat."
Dan yang dimaksud penyesalan kata para ulama : menyesali perbuatan maksiat yang kita lakukan karena perbuatan itu adalah maksiat, bukan karena faktor lain. Bukan karena tertangkap, lalu dipenjara misal pada kasus narkoba. Itu berarti dia tidak menyesal. Ada orang free sex akhirnya dia kena penyakit ganas, lalu dia nyesel. Pas ditanya dia nyesel karena dia positif terkena penyakit yang mengerikan. Dia positif / tidak jika dia menyesal karena yang dilakukannya itu maksiat, itulah inti dari penyesalan yg merupakan inti dari taubat.
Dijelaskan dalam Kitab Fathul Bari : Cukuplah bagi sebuah taubat jika terwujudnya penyesalan yang dalam, yang murni. Kenapa? karena penyesalan yang tulus, penyesalan yang jujur, penyesalan yang hadir dari lubuk hati yang paling dalam akan membuat seeorang meninggalkan dosa itu dan bertekad untuk tidak terjatuh lagi. Dan itu syarat-syarat taubat yang lain. Jadi ini inti dari taubat, kata Nabi SAW. 
Hanya sekedar meningggalkan tanpa ada penyesalan itu belum taubat, tapi hanya meninggalkan sebuah dosa. Pertaubatan adalah ketika seseorang itu menyesal sejadi-jadinya. Maka coba kita cek taubat kita.
Banyak ulama mengatakan : Taubat itu air mata penyesalan. Jika kita bisa menyesal sedalam-dalamnya semoga taubat kita diterima Allah SWT.
Maka orang yang taubatnya benar, misal dari 2012 masa lalunya kelam sekali dan sekarang 2020, jika dia ingat bisa nangis lagi, karena menyesal sekali, kenapa dulu bisa terjatuh, akhirnya timbul penyesalan lagi, semoga itu bisa diterima Allah.
Penyesalan adalah inti dari pertaubatan.
Harus ada penyesalan, terlihat, jika perlu teteskan air mata, nyesel senyesel-nyeselnya. Kenapa dulu bodoh, kenapa bisa keceplosan, kenapa melangkah, kenapa tidak berubah, dan penyesalan-penyesalan lainnya, semoga sebuah tanda taubat kita diterima Allah SWT.

3. Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut di masa yang akan datang/selama-lamanya.
Ingat : bertekad. Dan dari sini kita bisa mencatat baik-baik bahwa adanya tekad itu lahir dari penyesalan. Penyesalan yang jujur itu yang akhirnya akan membuat "pokoknya gue harus berubah, gue gak mau jatuh pada kesalahan yang sama. Aku harus perbaiki diri, aku harus tinggalkan mereka, aku gak boleh ghibah lagi, aku gak boleh maksiat, aku harus tinggalkan semuanya." Itu lahir dari lagi-lagi penyesalan. Baru lahir tekad nggak akan jatuh lagi ke kesalahan yang sama.
Lalu timbul pertanyaan gimana kalau setahun lagi jatuh ke kesalahan yang sama, apakah taubat sebelumnya sah? Kata para ulama sah. Karena jatuh lagi ke kesalahan yang sama buka syarat sah taubat. Yang  menjadi syarat sah taubat adalah bertekad untuk tidak jatuh lagi pada kesalahan yang sama. Dan ada perbedaan diantara 2 hal di atas itu adalah 2 kotak yang berbeda. Adapun ketika seseorang sudah bertekad bulat untuk tidak jatuh lagi kepada dosa/maksiat tersebut, qodarullah 6 bulan kemudian dia jatuh lagi, maka taubatnya terdahulu sah, dan dia harus bertaubat lagi untuk kesalahan tersebut. Kenapa demikian? Karena dia adalah manusia. 
Nabi SAW bersabda tentang manusia : Setiap anak manusia banyak sekali melakukan kesalahan, dan sebaik-baik yang melakukan banyak kesalahan tersebut adalah yang paling banyak bertaubat.
Makanya ulama mengatakan : Taubat adalah kewajiban seumur hidup. Kenapa? Karena manusia melakukan kesalahan seumur hidup. Maka seumur hidup wajib taubat. Taubat...taubat dan taubat. Lalu ada yang mengatakan sama aja donk? Tentu tidak, beda. Yang pertama dosa-dosa akan Allah hilangkan, lalu yang kedua kalau taubat kita jujur pasti akan ada grafik naik. Kalaupun jatuh, naik lagi grafiknya. Jatuh, naik lagi, jika terus-terusan taubat lama-lama grafiknya akan naik. Harus ada tekad dulu, gak usah terlalu mikir jauh (itu syetan yang buat kita mikir "nanti jatuh lagi, lo bohong sama Allah, mending gak usah deh, nanti kalau lo bener-bener siap baru lo taubat"), enggak, tekad dulu, jalanin, minta pertolongan sama Allah. Adapun qodarullah kita sudah berusaha tetapi jatuh lagi, bangkit lagi, taubat lagi, minta lagi, jangan terpuruk, jangan putus asa dari rahmat Allah SWT. Itu yang tidak Allah inginkan dan Allah larang (putus asa dari rahmatNya). Pokoknya jatuh taubat lagi, jatuh taubat lagi.
Kata Allah dalam surat Az-Zumar ayat 53 : Katakan wahai hamba-hambaku yang telah melampai batas terhadap dirinya sendiri, jangan pernah putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penghapus segala dosa jika hambaNya bertaubat. Allah akan ampuni segala dosa. Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Pokoknya ada tekad. Jatuh, bangkit lagi, taubat lagi, gak boleh terulang lagi. Ehh, terulang lagi, bangkit lagi. Bertekad, berbeda dengan tidak melakukan kesalahan lagi. Yang penting tekad dulu. Itu namanya taubat sambel. Enggak, bukan. Dan ingat kita berinteraksi dengan Allah, Allah yang tahu kita jujur nggak ketika kita bertekad. Selama kita jujur aman insyaaAllah. Allah Maha Tahu apa yang ada dalam hati hambaNya.

Tambahan dari para ulama ada 2 :
1. Ikhlas
Ini untuk mempertegas. Tidak mungkin Imam Nawawi tidak tahu tentang ini. Bab pertama Riyadhusshaalihin saja tentang keikhlasan. 
Tapi ini untuk mempertegas buat kita bahwa ketika kita taubat, mencari wajah Allah. Karena banyak orang meninggalkan maksiat bukan karena mencari wajah Allah. Dan ini banyak. 
"Bro kenapa lo gak selingkuh lagi, tobat lo?" "Kalau gua selingkuh rumah tangga gua berantakan, gua kasian sama istri gua."___itu bukan taubat. Dia tinggalkan maksiat tapi motifnya bukan karena Allah, karena rumah tangganya berantakan. 
"Kalau mas kenapa berhenti main perempuan?" "Setelah kupikir-pikir aku punya 3 anak perempuan, aku gak mau mereka dimainin sama laki-laki"___itu bukan karena mencari wajah Allah, tapi karena anaknya.
"Mas, kamu kenapa berhenti dari drug, sabu, putau, dan lain-lain?" "Memang berat tapi yang membuatku meninggalkan semua itu karena aku gak ingin masa depanku hancur, aku punya cita-cita, aku ingin jadi pengusaha yang sukses."____jadi bukan karena Allah tapi ingin jadi pengusaha.
"Karena aku ingin jadi atlet, aku ingin meraih medali emas ASEAN GAMES, misal." "Aku pengen berlomba di olimpiade."____jadi intinya bukan karena Allah, karena ingin bermain di olimpiade. Nggak ada hubungannya sama Allah SWT.
"Tumben biasanya judi, gak pasang tarohan? Ini kan seru." "Kalau ngikut nafsu si pengen gue taruhan, gue yakin pasti menang, tapi gue mikir lagi, ni buat duit anak-anak gue sekolah. Ini tahun ajaran baru, ada 3 yang harus bayar uang gedung. Anakku yang kedua masuk SMA, anak yang ketiga masuk SMP, anak yang kelima masuk SD. Gue gak masang dulu deh sekarang."___jadi dia tinggalkan itu tapi bukan karena Allah, karena bayar uang gedung anak-anaknya.
"Gua seneng lihat lo, karena lo udah gak ngabisin waktu lo di dunia malam, tapi ceritain kenapa?" "Karena gue gak mau masuk penjara lagi."___niatnya bukan karena Allah.
Sedangkan taubat adalah ibadah, dan kita belajar "amal itu tergantung niat" akan diterima, akan dapat pahala karena Allah SWT, ikhlas. Dan jika kita mengharapkan wajah Allah, itu semuanya akan didapatkan. Tidak masuk penjara lagi insyaaAllah, rumah tangga akan utuh, anak terselamatkan, dan lain sebagainya. Ingat Hadist : bahwa ikhlas itu menyelamatkan. Kunci keselamatan itu ikhlas. Bukan hanya kita, keluarga atau orang-orang terdekat kita juga. Tapi kalau kita berubah hanya untuk urusan dunia, malah gak dapat apa-apa. Ini yang penting. Maka, jaga keikhlasan.

2. Dilakukan di waktu taubat/dilakukan sebelum waktunya ditutup oleh Allah SWT.
Misal sholat subuh tidak bisa dikerjakan di waktu jam 10 pagi, sama juga dengan taubat ada waktunya, karena taubat juga ibadah.
1). Waktu personal. 
Berkaitan dengan masing-masing person. Aku dan kamu beda waktunya.
Maksudnya batas waktunya sampai nyawa berada di tenggorokan. Sampai kematian benar-benar nyata di hadapan manusia.
Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 18 : Tidak ada taubat bagi orang-orang yang melakukan keburukan/maksiat sampai ketika kematian datang kepada dia. Baru dia katakan aku taubat hari ini, aku taubat saat ini, aku taubat detik ini, tidak ada taubat buat mereka kata Allah SWT. 
Maka taubat sebelum itu.
Maka kalau mau taubat jangan menunggu ketika kita akan wafat karena begitu detik-detik itu terjadi maka semuanya sudah usai, semua sudah berakhir, dan semua sudah sia-sia, tidak ada artinya lagi.
Selama nyawa belum sampai tenggorokan, harus sudah bertaubat.
Sekilas info itu taubat Fir'aun. Kenapa Allah SWT tidak menerima taubatnya Fir'aun karena dia bertaubat di saat waktunya telah habis.
Jadi ada time limit taubat itu, waktunya tidak bebas, itu yang menakutkan, itu yang harus kita camkan bersama-sama.
Dalam surat Yunus ayat 90 : Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir'aun dan bala tentaranya mengikuti mereka, untuk mendzalimi dan menindas mereka. Sehingga ketika Fir'aun hampir tenggelam dia berkata : "Aku beriman bahwa tidak ada dzat yang berhak diibadahi kecuali yang disembah oleh Bani Israil yaitu Allah SWT dan aku termasuk orang-orang yang muslim."
Kemudian ayat 91-nya kata Allah : Kok baru sekarang Fir'aun? dulu kemana saja? Dulu engkau bermaksiat dan melakukan kerusakan. 
Jadi tidak diterima, padahal jelas-jelas taubat kepada Allah. Kenapa tidak diterima? Apakah karena ketulusan, apakah karena keikhlasan, apakah karena penyesalan? Bukan. Allah jelaskan alasannya ke waktu, "Kok baru sekarang? Waktunya sudah habis."

2). Waktu Umum.
Sampai matahari terbit dari barat.
Sebagaimana sabda Nabi SAW : Hijrah tidak akan terputus sampai terputusnya taubat. Dan taubat tidak akan terputus sampai matahari terbit dari barat.
Walaupun belum sakaratul maut taubat tidak akan diterima jika matahari telah terbit dari barat, karena itu sudah kiamat.


Itulah syarat-syarat diterimanya taubat, jika hubungan kita dengan Allah atau dosa kita pada Allah.
Lalu apa syarat dan bagaimana kondisinya jika dosa kita berkaitan dengan orang lain? Apakah cukup dengan 5 ini atau ada syarat berikutnya? InsyaaAllah akan dibahas kemudian. Silahkan langsung streaming ke YouTube Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri pada kajian selanjutnya.





 
 

Comments

  1. Masya Allah mba', intinya taubat jangan ditunda ya mba' dan taubat harus dilakukan murni krn Allah, makasi mba' remindernya 🙏

    ReplyDelete
  2. MasyaAllah, sangat runtut dan lengkap penjelasannya, terimakasih atas sharingnya mba..

    ReplyDelete
  3. jazakillah khayr udah berkenan sharing ilmunya mbak 💛

    ReplyDelete
  4. Nice reminder ni mba, jazakillah khair...

    ReplyDelete
  5. Jazakillah Khiar Mba.. sharingnya bermanfaat sekali..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tetap Cantik & Bugar di Bulan Puasa Ramadhan

Lebaran di Tengah Pandemi Covid-19

AWAS!! Buang Makanan Bikin Mamak Baper