Belajar dari Kegagalan Komunikasi di Masa Lalu

 Bismillaah....

Assalamu'alaikum.....

Lama tak menyapa sahabat online karena dirikupun lama tak menulis. Apa kabar sahabat? Semoga senantiasa Allah berikan kesehatan ❤

Akhir bulan November 2020 ini, komunitas Blogger Bengkel Diri kembali mengadakan nge-blog bareng dengan tema "kegagalan". Sempat berpikir "mau nulis kegagalan tentang apa ya?". Lalu aku teringat, di masa lampau, banyak kegagalan yang aku alami karena "kurangnya komunikasi" terutama dalam berhubungan. Bukan maksudku untuk mengusik lagi masa lalu ya sahabat, tapi semoga ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita.

Jadi di masa lampau, aku sering sekali menahan diri dari mengungkapkan apa yang aku inginkan. Ketika itu yang aku pikirkan adalah aku tak ingin membuatnya kecewa dengan keinginanku yang mungkin dia tak mau menjalaninya. Tapi di balik semua kediamanku itu, tiap kali ada masalah yang bisa kulakukan hanya marah tak jelas, apalagi kalau yang dilakukan tak seperti yang aku harapkan. Ujung-uujungnya aku sendiri yang kecewa tapi tak bisa memberitahukan kekecewaanku itu padanya. Aku takut dia marah jika aku memberitahukan alasan aku marah, aku selalu merasa takut ditinggalkan dan cenderung menahan diri dari mengatakan yang aku inginkan agar dia tetap berada disisiku tanpa tahu apa yang sebenarnya aku inginkan darinya. 

Tapi tahukah apa yang terjadi kemudian sahabat? Bukannya aku bisa mempertahankan hubungan tapi justru aku yang merusaknya. Karena aku sering diam ketika marah tanpa dia tahu sebabnya, komunikasi jadi semakin tak jelas. Aku sering menghindar karena menghindari pertengkaran, tapi bukannya dia mencariku, dia justru semakin menjauh.

Tak hanya itu, aku juga dulu selalu berusaha menjaga perasaan seseorang dengan selalu menuruti apa harapannya terhadapku. Tapi aku tak mau ganti menuntut hakku dengan dia coba untuk mengerti aku. Aku hanya berpikir kalau aku ungkapkan ini, dia pasti akan meninggalkanku. Kalau aku bilang aku tak suka dia begini, dia pasti marah padaku. Dan yang terjadi kemudian adalah masalah tak terselesaikan yang semakin menumpuk dan hasilnya bagaikan letusan gunung berapi. Heheeee.....agak berlebihan ☺

Setelah semua kegagalanku dalam berhubungan dengan sesorang itu, yang akar masalahnya adalah aku selalu takut ditinggalkan karena tidak tahu cara berkomunikasi yang baik, akhirnya aku introspeksi diri. Kenapa aku seperti ini? Kenapa aku harus takut ditinggalkan? Bukankah Allah yang Maha Menciptakan diri kita saja kalau kita berbuat salah Allah tetap memaafkan & menyayangi kita? Jadi kalau apa yang kita inginkan terhadap seseorang yang itu baik untuk kami, jika ia tak setuju kenapa aku harus takut ditinggalkan? Bukanlah jodoh sudah Allah atur? Bukankah jodoh kita adalah cerminan diri kita? Lalu kalau dia meninggalkan kita, tentu saja dia bukan jodoh kita. Kenapa aku tak berpikir begitu sejak dulu? Malah membuat masalah yang justru semakin menyia-nyiakan waktu. Ahh, tapi itu dulu sebelum aku paham kenapa aku harus tetap mengungkapkan apa yang kuinginkan. Karena ini akan berpengaruh terhadap kesehatan psikis aku. Apalagi ketika menjalani kehidupan rumah tangga.

Atas rahmat Allah, aku dipertemukan dengan platform belajar sekolah online Bengkel Diri. Melihat materinya yang menarik, termasuk di dalamnya terdapat materi untuk bekal dalam berumah tangga, tak berpikir panjang lagi aku langsung mengambil kelas. Tak disangka, ada materi Managemen Komunikasi Suami Istri di Kuliah Kerumahtanggaan. Banyak sekali aku belajar dari kegagalanku berkomunikasi dalam berhubungan selama ini dengan mempelajari materi ini (bisa dilihat postingan tugasku di IG : @kakakonyieel yaa). Disana dijelaskan bahwa wanita dan pria diberikan Allah cara komunikasi yang berbeda, bahwa bagi wanita berbicara adalah suatu keperluan sedang bagi pria berbicara hanya seperlunya, karena itu wanita harus jujur dengan apa yang sebenarnya diinginkannya karena pria tak akan paham dengan bahasa kalbu.

Dalam manajemen komunikasi suami istri kita juga diajarkan bagaimana berkomunikasi yang efektif, apa saja penghambat keberhasilan komunikasi, juga panduan komunikasi efektif suami istri, dan apa saja teknis komunikasi. Lalu pasangan juga dianjurkan untuk melakukan couple time (suami-istri lho yaa, yang jomblo tak boleh baper tapi materi ini bisa dijadikan bekal). Couple time yaitu mengagendakan waktu untuk bercengkrama secara utuh bersama pasangan untuk saling menunjukkan rasa cinta, saling mengapresiasi, saling memuji, minta dikoreksi, dan saling menasehati. Pasangan yang sering melakukan couple time, biasanya tidak perlu menumpuk emosinya karena saat couple time sudah menunjukkan perhatian, kasih sayang, sekaligus complain dengan cara baik-baik. Jadi, koreksi yang disampaikan benar-benar dari hati karena kita sayang sama dia dan karena ingin menjalankan pernikahan ke arah yang lebih baik. 

Dengan begitu, kita akan lebih leluasa menyampaikan apa yang kita inginkan dan pasangan tahu apa keinginan kita. Pun kita juga tahu apa yang pasangan inginkan. Dengan begitu insyaaAllah keutuhan komunikasi dan kelancaran komunikasi suami istri bisa terjaga. Jadi tidak lagi saling diam. Karena pria logisnya jalan, berkomunikasi dengan suami harus jelas mau kita apa.

Alhamdulillaah, Allah pertemukan aku dengan suami yang memiliki keinginan yang sama, yaitu sejak sebelum menikah ketika aku tanya harapan dia terhadapku sebagai istrinya, suami mengatakan bahwa ia ingin aku selalu jujur, ia selalu ingin tahu apa yang aku inginkan & apa yang aku tidak suka. Akupun begitu. Harapan kami, semoga komunikasi kami bisa selalu lancar.

Mohon doanya sahabat, juga aku doakan untuk sahabat semua, agar hubungan kita dengan pasangan kita selalu Allah jaga, Allah berkahi dan ridhoi dengan sakinah, mawaddah, wa rohmah. Aamiin yaa Rabb.


Comments

  1. Ya benar,couple time memang penting banget ya mbak untuk memperlancar pola komunikasi, apalagi dalam rumah tangga. Masalah kecil saja kalau tidak diselesaikan waah bisa jadi masalah besar nantinya. Aku jadi kangen kelas bengkel diri lagi. Kangen ngulik materi dan ilmu baru

    ReplyDelete
  2. Aamiin Allahumma Aamiin. Betul sekali. Apalagi pengantin baru, harus selalu mengedepankan keputusan bersama, bicara dari hati ke hati, dan komunikasi yang jelas. Jangan dipendam. Utarakan segala resah dan tanya. Namun harus lihat juga sikon dan sebagainya. Semangat!

    ReplyDelete
  3. Aamiin...
    Benar mba, saya juga banyak belajar di kelas bengkel diri. Terutama kelas komunikasi ini..

    ReplyDelete
  4. Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah ya mba. Jodoh itu satu frekuensi yaa... Hehehe

    ReplyDelete
  5. Aku belajar banyak juga mba di bengkel diri, doakan aku bisa bertemu dengan jodoh yang sefrekuensi ya mba hehe

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah ya mba, sudah menemukan solusi dari masalah komunikasi sebelumnya lengkap dan pasangan yang sefrekuensi juga. Kalau aku sekarang mencoba menerapkan ilmu komunikasi ke ortu dan keluarga dulu hehe. Jadi pelajaran juga buat aku, terima kasih sharingnyaa.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tetap Cantik & Bugar di Bulan Puasa Ramadhan

Lebaran di Tengah Pandemi Covid-19

AWAS!! Buang Makanan Bikin Mamak Baper